Kamis, 06 Oktober 2011

mama ku hebat

Seorang Ibu adalah orang yang dengan kesalehahannya diberkahi. Kabah adalah ruh, arti, intisari dan kiblat bagi seluruh alam. Mekah sama halnya tempat yang lain dan ia adalah layaknya pikiran dalam tubuh manusia. Demikian juga seorang Ibu, ia adalah ruh, arti, intisari dan kiblat bagi unit terkecil dari peradaban (keluarga), Ibu adalah pondasi, pilar, pokok, dan posisi yang penting dalam aneka ciptaan-NYA. Dalam rumah, segala sesuatu berpusat melingkarinya dan mengarah kepadanya, seperti satelit berputar pada orbitnya mengangkasa di atas cakrawala.
Para Ibu mengorientasikan hidupnya hanya untuk akhirat. Imbalan yang mereka dapatkan dari peran dan jabatannya, ketidakseimbangan antara kesedihan dan problematika yang ia alami, kemudian bagaimana mereka merespon itu semua. Ini adalah bukti yang nyata. Sejenak dapat dilihat apa yang ia semai dan apa yang ia panen selama hidupnya, apa yang mereka alami dan apa yang mereka cari.
Wajahnya sesejuk hembusan angin firdaus, pandangannya sedalam pandangan bidadari, dan perasaannya semurni perasaan ulama. Seperti bunga mawar yang tumbuh di tanah yang subur, mereka sangat indah, sangat menyenangkan, dan sangat mempesona. Jika kita perhatikan dengan hati-hati, kita akan menyimpulkan disana ada keajaiban melebihi materi penciptaannya, dan itulah kelebihan yang dimiliki para Ibu.
Ibu penuh dengan kehangatan, nyaman berada dalam pelukannya, aman dalam naungannya, selalu semangat bila mengingat akan dirinya. Cinta kasihnya murni semurni madu, kelembutannya bagai kain sutera yang halus, dan dalam waktu yang sama kewibawaan serta keberaniannya seperti singa yang senantiasa siaga melindungi anak-anaknya.
Ia nyaman dengan takdirnya sebagai kaum Hawa. Andai kita ingat lagi, betapa saat itu beban berat ia alami saat kita dikandungan. Yang lemah kian bertambah-tambah (wahnan ’alaa wahnin), belum lagi saat detik-detik kita dilahirkan. Sakiiit yang tak tertahankan. Ia rela mempertaruhkan nyawa demi kelahiran kita. Lalu menyapih-menyusui kita selama dua tahun (wafishaaluhu fii ’aamain). Dan kita besar saat ini.
Betapa banyak dedikasi dan jasa yang sudah ia curahkan untuk kita. Kemudian sudahkah kita mengusap keringat lelah dan air mata sedihnya??